Alfatihah atau
ummul qur’an merupakan satu surat yang terletak di awal kitab suci al-quran
juga menjadi penentu bagi keabsahan sholat seseorang. Para mufassir memberikan
perhatian khusus untuk surat yang satu ini terutama para imam madzhab yang
empat, dalam kitab tafsir munir karangan imam nawawi albantani beliau
menjelaskan bahwa ada silang pendapat tentang posisi urutan ayat dari ketujuh
ayat yang terkandung di dalamnya.
Menurut
beliau bahwa apabila basmallah termasuk menjadi salah satu ayat dari surat
tersebut maka ayat ketujuhnya adalah shirotholladzina .. sementara
apabila basmallah bukan bagian dari al-fatihah maka ghoiril maghdhubi
‘alaihim ... menjadi ayat terakhir
dari surat dimaksud.
Terlepas
dari perbedaan yang ada beliau memberikan underline dari sisi kandungan makna
yang terkandung dalam surat tersebut, menurut beliau bahwa dalam surat
al-fatihah terkandung empat jenis ilmu :
- Ilmu ushul (pokok), dalam bagian awal ini mencakup, Pertama; ilahiah (ketuhanan) yang tergambar dari ayat alhamdulillah robbil ‘alamien, kedua; nubuwwat (kenabian) yang tergambar dari ayat alladzina an’amta ‘alaihim, ketiga; daarul akhirat (tempat akhirat) yang tergambar dari ayat maaliki yaumiddin.
- Ilmu furu (cabang) dan yang paling utama dari ilmu furu ini adalah masalah ibadah baik ibadah maaliyah atau ibadah badaniyah dan keduanya ini terbelah dalam urusan kehidupan keseharian; muamalah (transaksi), munakahat (pernikahan) dan hal-hal lain yang bernuansa hukum yang menuntut pada implementasi hukum baik larangan maupun perintah.
- Ilmu tahshilil kamaalat (peningkatan kesempurnaan hidup) yang dimaksud adalah ilmu etika, budi pekerti seperti istiqomah dalam track kehidupan seperti yang manifestasikan dalam ayat iyyaka nasta’in, dan masalah syariat semuanya terkemaskan dalam ayat shirotol mustaqim.
- Ilmu qoshoshi wal akhbari (kisah dan berita masa lalu) seperti orang yang berbahagia dari kalangan nabi dan lain-lain dalam ayat alladzina an’amta ‘alaihim, dan orang-orang celaka dari kelompok kafir dalam ayat ghoril maghdzubi ‘alaihim walladzdzolliin.
Lebih lanjut
beliau memberikan kupasan lebih detil dari sisi makna yang terkandung dalam
keseluruhan ayat surat al-fatihah. Sebagaimana kita mafhumi bersama sebagian
ulama menyatakan bahwa seluruh isi kandungan al-qur’an bermuara pada basmallah,
senada dengan itu syeikh nawawi menyatakan bahwa huruf ba berarti bahaaulloh
atau kemurahan alloh, sin artinya keluhuran allah sehingga tidak ada yang mampu
meluhuri NYA, mim berarti mulkuhu atau kerajaan Allah, Dia maha kuasa atas
segala sesuatu. Huruf baa pada awal penamaannya berarti baariun (pemaaf),
bashirun ( maha melihat), sin awal penamaannya berarti samiiun (maha
mendengar), mim awal penamaannya berarti majiidun (maha gigih) dan Malik (raja)
alif awal penamaannya berarti allah, lam awal penamaannya berarti lathif (maha
lembut), haa awal penamaannya berarti haadin (pemberi hidayah), raa berarti
rozzaq (pemberi rizqi), haa berarti haliim (maha hati-hati) nun berarti naafi’
(maha pemberi manfaat) atau nur (cahaya).
Sementara alhamdulillah
mengindikasikan bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang telah diberikan
kepada segenap hamba-hamba NYA yang telah mendapatkan hidayah iman, robbil
‘alamien mengandung pemahaman yang menciptakan makhluk, memberi rizqi
mereka dan mengalihkan dari satu situasi ke siatuasi lainnya. Arrohman artinya
yang maha penyayang atas orang yang berbuat baik dan jahat dengan rizqi dan
memproteksi mereka dari segala hal yang dapat menghancurkan kehidupan mereka.
Arrohim berarti yang menutupi dosa-dosa mereka di dunia dan menyayangi mereka
di akhirat dengan surgaNYA. Maaliki yaumiddin dengan menambah alif di antara
mim dan lam menurut imam ‘ashim, kisaai dan ya’qub berarti pendayaguna seluruh
urusan yang terjadi pada hari kiamat sebagaimana firmanya yauma laa tamliku
nafun linafsin syaia wal amru yaumaidzin lillah artinya pada hari itu
setiap person tidak bisa menguasai dirinya sedikitpun dan segala urusan hanya
Allah yang mengaturnya.
Sementara menurut sebagian ulama lainnya tidak ada
alifnya sebagai mana pada surat annas artinya pendayaguna urusan kiamat dengan
pendekatan perintah dan larangan. Iyyaka na’budu (kami tidak beribadah kepada
selain allah). Waiiyaka nasta’in (hanya kepadamu lah kami mohon pertolongan
maka tidak ada daya untuk menjauhi kemaksiatan kecuali atas intervensimu dan
tidak ada kekuatan untuk selalu thoat kecuali dengan taufiqmu. Ihdinash
shirotol mustaqim (tambahilah kami hidayah menuju agam islam. Shirotol ladzina
an’amta ‘alaihim (agama yang engkau anugerahkan agama kepada mereka seperti
para nabi, shodiqin, syuhada dan sholihin). Ghoiril maghdhubi ( selain agama
yahudi yang telah benci). ‘alaihim walaa dzollin (selain agama nasroni yang
telah sesat jauh dari agama islam). (Aceng Muhyi)