Cari Blog Ini

"SIKAP SEORANG SUAMI YANG BAIK"



Bismillahirrahmanirrahim ,,,
Ia tidak banyak menuntut isterinya agar menjadi wanita seperti yang diinginkannya.
Akan tetapi ia lebih banyak memberi contoh yang baik dalam rumah tangganya.

Ketika seorang suami menginginkan isterinya menjadi wanita yang beriman dan bertakwa kepada Allah.
Maka ia terlebih dahulu mencontohkan dirinya sebagai seorang imam yang beriman dan bertakwa kepada Allah.
Ketika seorang suami menginginkan isterinya menjadi wanita penuh hormat kepada dirinya.
Maka ia menjadikan dirinya sebagai seorang imam yang selalu menghargai isterinya.
Ketika seorang suami menginginkan isterinya menjadi wanita selalu setia.
Maka ia memposisikan dirinya sebagai seorang imam yang tidak mudah tergoda kepada wanita lainnya.
Dan ketika seorang suami menginginkan isterinya menjadi wanita penuh kasih sayang galam keluarganya.
Maka ia menjadikan dirinya sebagai suami yang penuh perhatian kepada isteri dan juga anak-anaknya.
Bagaimanapun seorang ISTERI akan lebih banyak mengikuti apa yang dicontohkan oleh SUAMI dalam kehidupan sehari-harinya.
Semoga bermanfaat ...


Allhuakbar

Hanya Memberi Sisa

Mengapa kita sering habis habisan mengerahkan tenaga, pikiran,waktu, biaya, hati untuk mencari cinta manusia.
Makhluk tak berdaya, yang tak bisa menguasai hatinya sendiri dan pasti akan tiada.
Atau untuk mengejar duniawi yang pasti kita tinggalkan. Tapi kita tidak habis-habisan memburu cinta Alloh.
Penguasa semesta alam, Yang nyata-nyata sudah menciptakan, menghidupkan, menjamin, mengurus diri kita setiap saat walau DIA menyaksikan kita lupa, lalai dan bahkan mengkhianatiNya. Mengapa kepada DIA hanya memberi sisa?

Sholat hanya sisa waktu kesibukan,
Zikir hanya sisa ngobrol,
Menyebut nama-Nya hanya sisa waktu dari menyebut-menyebut harta / manusia,
Baca alquran hanya sisa waktu dari membaca koran/sms/bbm, internet.
Sedekah hanya sisa dari belanja/jajan
Memikirkan akherat hanya sisa dari memikirkan duniawi
Hati untuk-Nya hanya sisa dari hati yang dipenuhi cinta kepada manusia/duniawi.
Akankah hanya sisa sisa untuk Rabb yang amat Mengasihimu..
Manaa bukti cintamu ??…
Hanya sisa-sisa itukah??…
Bukti cintamu.. kepada Penciptamu ??

اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ‏

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [Al Hadid: 20]
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Tahajud



tahajud

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan sholat tahajud semalam pun termasuk saat beliau sakit.
Termasuk juga para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam walaupun sudah sangat sepuh, tapi tetap melaksanakan Sholat Tahajud.
Bila kita mengetahui keutamaan Sholat Tahajud, pasti kita tidak akan mau meninggalkannya.
Tidak ada satupun jamuan terindah yang diadakan kecuali di sepertiga malam terakhir.
Bila kita dijamu oleh pejabat, penguasa atau orang penting pasti kita senang, apalagi kita dijamu oleh Penguasa langit dan bumi.
jamuan Allah bisa berupa ampunan, terkabulnya doa, pertolongan, ketenangan dan keberkahan.
oleh karena itu, mari kita bertekat menjadi AHLI TAHAJUD, ikhtiarnya dengan
  1. tidur lebih awal
  2. Jangan berkata kecuali yang bermanfaat
  3. jangan terlalu kenyang dengan makanan
  4. menseting alarm, sempurnakan ikhtiar.
Semoga kita menjadi ahli tahajud yang istiqomah sampir akhir hayat kita.

Pengaruh Tabiat Istri Terhadap Cara Suami Mencari Nafkah

Pengaruh Tabiat Istri Terhadap Cara Suami Mencari Nafkah

Hasan al-Bashri berkata:
“Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.”
2 tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah, Lalu aku tanya kepadanya:”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar”Aku bertanya lagi:”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”Ia pun bercerita:”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit.
Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)’.”Masya Allah…Milikilah sifat Qana’ah -suka menerima- / jiwa selalu merasa cukup.Biasanya Wanita (Istri) sering TERJEBAK pd KEINGINANnya tuk terlihat Cantik dgn Pakaian yg Serba Mahal.Janganlah menjadi jurang dosa bagi Suamimu.
Wanita shalihah akan mendorong Suaminya kpd kebaikan,keta’atan sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa,kemakshiatan.CUKUPKAN DIRI DGN YG HALAL&BAIK. Ukuran Rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.
[Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (5/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan ].

Ridho


Kesiapan diri sangatlah penting dalam rangka menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehidupan ini. Sedangkan terhadap yang telah terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridho. Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridho pada hasil yang akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.

Ridho itu adalah keterampilan mental untuk realistis menerima kenyataan. Hati menerima kenyataan, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi.

Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil itu tetap terjadi. Contoh sederhananya adalah apabila kita sedang berjalan di tengah lapangan golf, kemudian ada satu bola golf yang terlempar dan mengenai jempol kaki kita. Jika peristiwa ini terjadi pada diri kita, maka bersikaplah ridho. Karena tak ada untungnya juga bersikap tidak ridho, toh bola itu telah mengenai jempol kaki kita. Biarlah rasa sakit sejenak. Janganlah rasa sakit itu membuat kita bersikap menggerutu, mengutuk atau sikap apapun yang tidak baik.

Dalam keadaan seperti di atas itu, justru terdapat celah kesempatan kita untuk beribadah. Yaitu ketika kita bisa memaknai jatuhnya bola golf tersebut sebagai teguran dari Allah Swt. agar kita tetap ingat pada-Nya. Sehingga ucapan yang terlontar pun adalah dzikir.

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridho kepada Allah  sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim)

Sebagaimana isi hadits di atas, bersikap ridho akan memberi nuansa tersendiri di dalam batin kita. Karena sebenarnya penderitaan kita saat menggerutu dan mengutuk itu bukan karena peristiwa jatuhnya bola pada jempol kaki kita. Melainkan karena kita tidak mau menerima kenyataan itu. Sehingga akhirnya kita pun merasakan penderitaan.

Contoh lainnya yang banyak terjadi di tengah-tengah kita adalah sikap mengejek atau mencibir keadaan diri sendiri. Ada orang yang mencibir fisiknya sendiri hanya karena hidungnya yang pesek, atau kulitnya yang hitam, atau posturnya yang pendek. Atau ada juga orang yang mencibir dirinya sendiri hanya karena terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya.

Orang seperti di atas akan merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan disebabkan oleh kenyataan yang terjadi, akan tetapi karena ketidakterampilannya dalam menerima kenyataan. Maka, tidak heran bila kita banyak menyaksikan orang-orang yang mengalami stres karena tidak terampil menerima kenyataan yang terjadi pada diri mereka, baik itu berkenaan dengan fisik penampilan, keuangan, karir, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, apapun kenyataan yang kita hadapi, terimalah dan jangan berkeluh kesah, apalagi mengutuk atau menggerutu. Sikap ridho akan menghindarkan kita dari rasa menderita. Kenyataan yang berbeda dengan harapan akan jadi terasa ringan dan kita pun akan lebih bisa mengkondisikan diri untuk berbahagia.

Sungguh tidak ada satu kejadian pun yang tanpa maksud atau tujuan. Termasuk jika kejadian itu adalah sebuah musibah. Suatu kerugian besar apabila musibah yang datang disikapi dengan sikap negatif, tidak menerima, menggerutu, atau sikap sejenisnya. Karena musibah adalah ujian yang justru akan semakin memperkokoh kekuatan diri seseorang. Bahkan jika dihadapi dengan ridho, musibah bisa menjadi jalan menuju surga. Sebagaimana firman Allah Swt,


 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, Bilakah datangnya nashrullah (pertolongan Allah). Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 214).

Bersikap ridho itu seperti bila kita menanak nasi, tanpa disadari air yang kita tuangkan terlalu banyak sehingga beras itu malah jadi bubur. Dalam keadaan ini, sikap yang kita lakukan bukanlah menggerutu dan menyalahkan diri apalagi memarahi orang lain. Namun, bersikaplah ridho dengan misalnya mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk sehingga bubur itu menjadi bubur ayam dengan citarasa spesial.

Rasulullah Saw. bersabda, Barangsiapa yang ridho (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan ridho kepadanya.. (HR. Tirmidzi).

DIA HANYA LELAKI AKHIR ZAMAN


Dia mungkin tak Rupawan,
Tapi bersamamu ia kan jadi yang Tertampan.
Dia mungkin bukan Jutawan,
Tapi berjuang denganmu membuatnya jadi Dermawan.
Dia mungkin Sederhana,
Namun dengan Dukungan darimu,
Ia kan tampil jadi Pemimpin Istimewa.
DIa bukanlah Lelaki Terbaik yang ada dalam Imajinasimu.
Bukan jua Pangeran berkuda putih yang ada dalam Bayanganmu.
Ia hanya Lelaki Biasa yang ingin jadi Luar Biasa.
Lelaki Akhir zaman yang ingin menjaga Iman dan Kehormatan
Maka terimalah ia dengan Keyakinan,
Atau tolaklah ia dengan Bijak dan Penuh Perhitungan.
Karena jika ada Lelaki Soleh yang ditolak lamarannya tanpa sebab yang Syar'i timbullah FITNAH.
Dan, belum tentu ada lelaki yang berani Melamarmu.
Lelaki yang berani Melamarmu.
Setidaknya ia punya 2 Sifat Baik: ..
Menikahimu bukan Memacarimu.
Yang kedua, Siap berTanggung Jawab atas Hidup dan Kehidupanmu...
Ya Rabb,,,
Bantulah kami untuk mempertahankan TAQWA...
Untuk menjaga hati kami cukup berlabuh pada seseorang yang sangat mencintai_Mu..Aamiin..

Al-Fatihah dan maknanya


   Alfatihah atau ummul qur’an merupakan satu surat yang terletak di awal kitab suci al-quran juga menjadi penentu bagi keabsahan sholat seseorang. Para mufassir memberikan perhatian khusus untuk surat yang satu ini terutama para imam madzhab yang empat, dalam kitab tafsir munir karangan imam nawawi albantani beliau menjelaskan bahwa ada silang pendapat tentang posisi urutan ayat dari ketujuh ayat yang terkandung di dalamnya.
    Menurut beliau bahwa apabila basmallah termasuk menjadi salah satu ayat dari surat tersebut maka ayat ketujuhnya adalah shirotholladzina .. sementara apabila basmallah bukan bagian dari al-fatihah maka ghoiril maghdhubi ‘alaihim ...  menjadi ayat terakhir dari surat dimaksud.
Terlepas dari perbedaan yang ada beliau memberikan underline dari sisi kandungan makna yang terkandung dalam surat tersebut, menurut beliau bahwa dalam surat al-fatihah terkandung empat jenis ilmu :
  1.  Ilmu ushul (pokok), dalam bagian awal ini mencakup, Pertama; ilahiah (ketuhanan) yang tergambar dari ayat alhamdulillah robbil ‘alamien, kedua; nubuwwat (kenabian) yang tergambar dari ayat alladzina an’amta ‘alaihim, ketiga; daarul akhirat (tempat akhirat) yang tergambar dari ayat maaliki yaumiddin.
  2. Ilmu furu (cabang) dan yang paling utama dari ilmu furu ini adalah masalah ibadah baik ibadah maaliyah atau ibadah badaniyah dan keduanya ini terbelah dalam urusan kehidupan keseharian; muamalah (transaksi), munakahat (pernikahan) dan hal-hal lain yang bernuansa hukum yang menuntut pada implementasi hukum baik larangan maupun perintah.      
  3. Ilmu tahshilil kamaalat (peningkatan kesempurnaan hidup) yang dimaksud adalah ilmu etika, budi pekerti seperti istiqomah dalam track kehidupan seperti yang manifestasikan dalam ayat iyyaka nasta’in, dan masalah syariat semuanya terkemaskan dalam ayat shirotol mustaqim.        
  4. Ilmu qoshoshi wal akhbari (kisah dan berita masa lalu) seperti orang yang berbahagia dari kalangan nabi dan lain-lain dalam ayat alladzina an’amta ‘alaihim, dan orang-orang celaka dari kelompok kafir dalam ayat ghoril maghdzubi ‘alaihim walladzdzolliin
Lebih lanjut beliau memberikan kupasan lebih detil dari sisi makna yang terkandung dalam keseluruhan ayat surat al-fatihah. Sebagaimana kita mafhumi bersama sebagian ulama menyatakan bahwa seluruh isi kandungan al-qur’an bermuara pada basmallah, senada dengan itu syeikh nawawi menyatakan bahwa huruf ba berarti bahaaulloh atau kemurahan alloh, sin artinya keluhuran allah sehingga tidak ada yang mampu meluhuri NYA, mim berarti mulkuhu atau kerajaan Allah, Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Huruf baa pada awal penamaannya berarti baariun (pemaaf), bashirun ( maha melihat), sin awal penamaannya berarti samiiun (maha mendengar), mim awal penamaannya berarti majiidun (maha gigih) dan Malik (raja) alif awal penamaannya berarti allah, lam awal penamaannya berarti lathif (maha lembut), haa awal penamaannya berarti haadin (pemberi hidayah), raa berarti rozzaq (pemberi rizqi), haa berarti haliim (maha hati-hati) nun berarti naafi’ (maha pemberi manfaat) atau nur (cahaya).
Sementara alhamdulillah mengindikasikan bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang telah diberikan kepada segenap hamba-hamba NYA yang telah mendapatkan hidayah iman, robbil ‘alamien mengandung pemahaman yang menciptakan makhluk, memberi rizqi mereka dan mengalihkan dari satu situasi ke siatuasi lainnya. Arrohman artinya yang maha penyayang atas orang yang berbuat baik dan jahat dengan rizqi dan memproteksi mereka dari segala hal yang dapat menghancurkan kehidupan mereka. Arrohim berarti yang menutupi dosa-dosa mereka di dunia dan menyayangi mereka di akhirat dengan surgaNYA. Maaliki yaumiddin dengan menambah alif di antara mim dan lam menurut imam ‘ashim, kisaai dan ya’qub berarti pendayaguna seluruh urusan yang terjadi pada hari kiamat sebagaimana firmanya yauma laa tamliku nafun linafsin syaia wal amru yaumaidzin lillah artinya pada hari itu setiap person tidak bisa menguasai dirinya sedikitpun dan segala urusan hanya Allah yang mengaturnya.

Sementara menurut sebagian ulama lainnya tidak ada alifnya sebagai mana pada surat annas artinya pendayaguna urusan kiamat dengan pendekatan perintah dan larangan. Iyyaka na’budu (kami tidak beribadah kepada selain allah). Waiiyaka nasta’in (hanya kepadamu lah kami mohon pertolongan maka tidak ada daya untuk menjauhi kemaksiatan kecuali atas intervensimu dan tidak ada kekuatan untuk selalu thoat kecuali dengan taufiqmu. Ihdinash shirotol mustaqim (tambahilah kami hidayah menuju agam islam. Shirotol ladzina an’amta ‘alaihim (agama yang engkau anugerahkan agama kepada mereka seperti para nabi, shodiqin, syuhada dan sholihin). Ghoiril maghdhubi ( selain agama yahudi yang telah benci). ‘alaihim walaa dzollin (selain agama nasroni yang telah sesat jauh dari agama islam).     (Aceng Muhyi)